Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1 oleh Sigit Purnama, S.Pd.

3.1.a.8.1. Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasisi Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, saya Sigit Purnama. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andy Ariyanto selaku Fasilitator dan Ibu Waryatin selaku Pengajar Praktik yang telah membimbing dan mendukung saya selama proses pembelajaran. Pada kesempatan ini, saya akan membahas tugas terkait pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Tugas ini terdiri dari 14 pertanyaan yang akan saya jawab satu per satu.
Kegiatan Pemantik:
Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Kutipan tersebut menyadarkan kita bahwa pendidikan tidak hanya tentang nilai ujian. Yang lebih penting adalah membentuk siswa menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat. Sebagai pendidik, kita harus menjadi pemimpin yang menjunjung tinggi etika dan moral. Keputusan kita harus didasarkan pada nilai-nilai luhur dan selalu berpihak pada kepentingan siswa.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Dalam pengambilan keputusan terdapat tiga prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis Hasil Akhir, berpikir berbasis Peraturan dan berpikir berbasis Rasa Peduli. Kita memilih prinsip mana yang paling sesuai dengan situasi yang ada. Namun, terlepas dari prinsip yang kita gunakan, semua keputusan harus didasarkan pada nilai-nilai luhur yang universal dan selalu mengutamakan kepentingan siswa. Dengan begitu, keputusan yang kita ambil akan memberikan manfaat bagi semua orang.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Dalam mengambil keputusan, kita harus selalu berpihak pada siswa, berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan universal, dan siap mempertanggungjawabkan setiap tindakan kita..Keputusan yang diambil seharusnya dapat secara efektif meningkatkan kualitas pendidikan dengan berpihak pada siswa, membangun budaya belajar positif, mengembangkan kurikulum relevan, memfasilitasi profesionalisme guru, melibatkan orang tua, mengambil keputusan berbasis data, dan menjadi pemimpin yang inspiratif.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Secara garis besar, kutipan Hegel ini mengajak kita untuk melihat pendidikan sebagai proses yang holistik, di mana pembentukan karakter yang baik menjadi tujuan utama. Melalui pendidikan, kita membentuk karakter siswa agar menjadi individu yang bermoral, berakhlak mulia, dan memiliki integritas, sehingga mereka siap menghadapi tantangan masa depan.
Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin??
Filosofi Pratap Triloka, khususnya prinsip 'ing ngarso sung tuladha', mengajarkan bahwa pemimpin, dalam hal ini guru atau kepala sekolah, harus menjadi contoh yang baik. Tindakan dan keputusan mereka akan sangat berpengaruh pada orang-orang di sekitarnya. Selain itu, prinsip 'ing madya mangun karsa' menekankan pentingnya seorang guru untuk memberikan motivasi dan semangat kepada murid agar mereka bisa berpikir kreatif dan mandiri. Prinsip terakhir, 'tut wuri handayani', menegaskan bahwa guru sebaiknya membimbing murid dari belakang, memberikan dukungan dan arahan saat dibutuhkan, sehingga murid bisa belajar dan berkembang secara optimal
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari mengimplementasikan kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Setiap murid memiliki cara belajar yang berbeda. Tugas kita sebagai pendidik adalah menciptakan lingkungan belajar yang bisa mengakomodasi semua perbedaan itu. Agar bisa melakukan ini, kita perlu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Kemampuan kita untuk berinteraksi dengan baik dengan murid-murid dan mengelola emosi akan sangat membantu dalam mencapai tujuan ini.
5.Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Guru yang benar-benar peduli pada muridnya akan selalu berusaha mencari solusi yang paling tepat untuk setiap masalah yang muncul. Mereka memiliki kemampuan untuk menganalisis situasi dengan cermat dan membedakan antara masalah etika yang serius dengan masalah yang hanya bersifat godaan. Dengan begitu, mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk murid.
Ketika menghadapi masalah moral atau etika, seorang guru akan secara tidak sadar dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai positif seperti yang dimiliki Guru Penggerak (reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid) akan membimbing guru dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianut tidak sesuai dengan norma atau etika, keputusan yang diambil berpotensi merugikan banyak pihak, terutama murid.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Agar bisa membuat keputusan yang benar dalam situasi yang melibatkan masalah moral atau etika, kita harus melalui proses yang terdiri dari 9 langkah. Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara cermat, kita dapat menganalisis masalah dengan seksama dan mengambil keputusan yang mengakomodasi kepentingan semua pihak yang terlibat. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang positif dan aman bagi semua orang.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Saya sepakat bahwa perubahan ini sulit karena beberapa alasan. Pertama, sistem yang sudah ada terkadang memaksa guru untuk mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan murid. Kedua, tidak semua anggota komunitas sekolah memiliki komitmen yang sama terhadap perubahan ini. Ketiga, proses pengambilan keputusan seringkali tidak melibatkan guru secara penuh, sehingga sulit untuk mendapatkan dukungan dan kerjasama dari semua pihak.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Menurut saya, kunci dari kemerdekaan belajar murid adalah keputusan yang diambil. Jika keputusan-keputusan yang dibuat, seperti pemilihan metode, media, dan sistem penilaian, benar-benar mempertimbangkan kebutuhan individu murid, maka murid akan memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan gaya dan kecepatan mereka masing-masing. Sebaliknya, jika keputusan-keputusan tersebut tidak berpihak pada murid, maka konsep kemerdekaan belajar hanya akan menjadi slogan semata dan murid tidak akan bisa berkembang secara optimal.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika guru memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara mandiri dan mengambil keputusan sendiri, maka murid-murid akan terlatih untuk menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Mereka akan belajar untuk berpikir kritis dan mengambil keputusan yang bijaksana untuk masa depan mereka.
Keputusan yang diambil oleh guru memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap masa depan murid. Keputusan yang tepat, yang didasarkan pada pemahaman mendalam tentang minat, profil belajar, dan kesiapan belajar masing-masing murid, dapat membuka jalan menuju kesuksesan. Sebaliknya, keputusan yang tidak tepat dapat menghambat perkembangan murid. Untuk itu, guru perlu menerapkan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu murid, seperti diferensiasi konten, proses, dan produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulannya, kemampuan mengambil keputusan adalah hal yang sangat penting bagi seorang guru. Keputusan yang diambil harus sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dan didukung oleh budaya positif. Dengan menggunakan alur BAGJA, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mengembangkan profil pelajar Pancasila. Karena dalam perjalanan ini, guru akan sering dihadapkan pada dilema etika. Maka dari itu, sangat penting bagi guru untuk memiliki panduan yang jelas, seperti 9 langkah pengambilan keputusan, untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil selalu berpihak pada kepentingan murid.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Konsep-konsep yang dijelaskan di modul 3.1, seperti dilema etika, berbagai cara berpikir dalam pengambilan keputusan, dan langkah-langkah yang harus diikuti, sudah saya pahami dengan jelas.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, Bedanya saya tidak melalui tahapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sangat berdampak sekali buat saya dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam peran saya sebagai pemimpin, saya selalu berusaha untuk mengambil keputusan yang tidak hanya tepat, tetapi juga memberikan dampak positif bagi orang lain.
Demikian koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, semoga bermanfaat.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- INFORMASI PENGUMUMAN HASIL PPDB TAHUN PELAJARAN 2022/2023
- Informasi PPDB SMPN 2 Kesugihan Tahun 2022
- IN HOUSE TRAINING (IHT) SMP NEGERI 2 KESUGIHAN TAHUN 2021
- Pemilihan Ketua OSIS SMPN 2 Kesugihan Tahun 2021
- Juara 1 Lomba Bercerita Tingkat Kabupaten Cilacap
Kembali ke Atas